Sabtu, 25 Agustus 2012

Kredit Mikro

Apa itu Kredit Mikro ?
Secara umum kredit mikro adalah kredit dengan plafond relatif kecil yang ditujukan untuk sektor usaha mikro. Dewasa ini banyak bank yang berlomba-lomba menawarkan kredit mikro dengan bunga yang bervariasi. Karena selama periode krisis moneter satu dekade lalu yg melanda Indonesia,sektor mikro telah terbukti tangguh melewati badai krisis. Di Indonesia sendiri potensi usaha mikro ini masih sangat besar. Kredit mikro ini pada umumnya berkisar sampai dengan 100 juta dan bunga efektif antara 10-25 % per tahun.

High Risk, High Return
Bila dibandingkan dengan bunga kredit ritel/menengah,bunga kredit mikro ini memang tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan resiko macetnya juga besar. Resiko tersebut melekat pada karakteristik dari usaha mikro itu sendiri. Usaha mikro umumnya adalah usaha keluarga yg dikelola dengan kemampuan manajemen sederhana (cash flow usaha masih bercampur dgn pribadi), omset usaha < 300 juta per bulan, sebagian besar belum berbadan hukum (usaha perorangan), dan ketersediaan jaminan/agunan yg layak untuk me-cover kreditnya dan bahkan beberapa bank ada yg tidak mempersyaratkan jaminan sama sekali. Dengan kata lain pelaku usaha mikro ini masih banyak yg belum bankable / layak untuk memenuhi standar kredit perbankan.

Namun demikian, kredit mikro ini mempunyai peranan besar bagi pengembangan dunia usaha dan memunculkan entrepeneur- entrepeneur baru yang nantinya bisa "naik kelas" ke sektor usaha yg lebih besar. Beberapa waktu lalu pemerintah melalui program kemitraan dengan bank-bank BUMN memasarkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga relatif rendah yg ditujukan untuk pelaku usaha mikro. Dengan peran serta pemerintah ini diharapkan mampu mengedukasi sektor usaha mikro agar mempunyai akses perbankan untuk membantu permodalan dan melepaskan dari jeratan rentenir yg selama ini sangat melekat pada pelaku usaha mikro.

Jumat, 13 April 2012

Character of Credit Analyse

Bagi anda yg berprofesi sebagai Account Officer,Appraisal atau Credit Analist pasti sudah sering menjumpai istilah ini. Ya,dalam memproses calon nasabah kredit (debitur) selalu dihadapkan oleh aspek 5'C (character,capacity,collateral,capital dan condition). Kenapa character menduduki aspek pertama ? Karena mencerminkan kemauan/itikad membayar kredit yg akan menentukan credit itu lancar/tidak dikemudian hari. Sebelum melangkah ke aspek 4'C yg lain,seorang kreditur harus mampu menilai character calon debiturnya secara tepat,atau paling tidak mendekati benar. Betapa bagusnya rasio yg lain,tapi jika character debitur sudah jelek sudah dapat dipastikan akan terjadi wanprestasi di kemudian hari.

Cukup sulit memang mendapatkan gambaran character seseorang yg belum pernah kita kenal sebelumnya,karena sifatnya kualitatif dan sangat subyektif. Artinya penilaian orang yg satu dengan yg lain kemungkinan bisa berbeda. Salah satu metode lazim yg sering digunakan adalah dengan melakukan cek lingkungan. Tingkat akurasinya berkisar 70-80% . Yaitu dengan menggali info ke tetangga,saudara,teman ataupun rekan kerja calon debitur.Jika sebelumnya calon debitur sudah pernah kredit di bank lain, data kolektibilitas BI Checking/SID pun juga bisa kita pakai sebagai cek lingkungan. Info-info tersebut kemudian kita kompilasi sebagai bahan analisa.

Metode lainnya adalah metode autodidak. Ya,seiring jam terbang/pengalaman seorang analis sudah bisa memperoleh gambaran character calon debiturnya mungkin hanya dari satu sampai tiga kali tatap muka dan interview. Kelemahan metode ini adalah tingkat akurasinya relatif kecil antara 20-30%. Karena metode ini sangat bergantung pada kejelian atau insting seorang analis dalam menangkap informasi verbal ataupun non verbal. Karena itu sangat disarankan untuk menggabungkan kedua metode tersebut agar diperoleh gambaran yg mendekati benar.

Sabtu, 07 Januari 2012

My Finance 2012

Seperti biasanya setiap menjelang pergantian tahun semua orang mulai menyusun resolusi baru untuk tahun depan. Begitupun dengan saya. Resolusi pertama yg sudah saya susun di awal tahun 2012 ini adalah dengan menata lagi portofolio investasi pribadi. Semuanya berawal di 2010. Setelah sekian lama hanya mengenal tabungan/deposito, di tahun 2010 mulai mencoba reksadana dan emas batangan LM. (logam mulia). Ini adalah tahun pembelajaran seperti investor pemula pada umumnya yg masih diliputi kekhawatiran akan keselamatan dana yg di investasikan. Setiap hari yg saya lakukan hanya mengecek pergerakan harga reksadana (NAV) dan emas LM.... Menggelikan,tapi itu wajar !!!
Tahun 2011 adalah tahun pendewasaan bagi saya di dunia investasi. Investasi di tahun 2010 lambat laun mulai memperlihatkan hasil yg lumayan dibandingkan dengan deposito. Selain itu, saya pun mulai terbiasa dengan resiko naik turunnya nilai investasi dan berbagai macam faktor yg mempengaruhi. Karena ingin mencoba dunia baru,di pertengahan 2011 saya memutuskan menjual emas LM untuk modal awal masuk ke dunia trading saham. Saat itu nilai LM saya sdh profit sekitar 25% sejak awal 2010. Bukan karena tergiur keuntungan bermain saham,tetapi lebih karena pergeseran karakter berinvestasi dari yg semula konservatif mulai menuju ke moderate (belum ke level agresif).
Awal 2012, tepatnya 2 Januari 2012 saya memutuskan me-redeemption reksadana saham yg sudah hampir dua tahun. NAV reksadana saya tumbuh 27 % msh lbh bagus dr bunga deposito yg hanya 5,5 % per thn. Walaupun penutupan IHSG 2011 hanya naik sekitar 2,4 % tidak terlalu bagus dibanding 2010 yg naik 47%. Krisis yg melanda negara-negara eropa turut mempengaruhi laju IHSG. Tahun ini saya ingin menambah lagi porsi dana trading menjadi 35 % dan mengurangi reksadana ke level 15 % dari total investasi. Sementara 50 % tetap di deposito,karena meskipun return nya kecil tetapi itu lebih ke motif berjaga-jaga seandainya butuh quick cash. Selain itu saya juga membatasi resiko untuk tidak menjadi seorang agresive investor. This is my finance resolution !!!

Tahun 2012 mungkin akan menjadi tahun yg sarat dengan uji nyali,khususnya investasi di pasar modal. Dampak Krisis Eropa masih menghantui perekonomian dunia. Indeks saham negara-negara Asia pun juga terkena pengaruh yg signifikan,termasuk di Indonesia (IHSG). Satu hal yang perlu diinget, Jangan Panik dengan melihat situasi jangka pendek, Sebab investasi saham adalah investasi jangka panjang dan selama fundamental perekonomian negara bagus, dampak krisis akan bisa dilalui... Semoga 2012 ini lebih baik.....Amiin.....